Minggu, 24 Oktober 2010

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Mahluk hidup di dunia ini pasti memiliki sifa-sifat yang berbeda. Hal ini tergantung dari sifat induknya yang diwariskan. Kejadian ini sering disebut dengan pewarisan sifat ( hereditas ). Dalam mepelajari hereditas, pertama kali harus mempelajari substansi genetika berupa senyawa kimia DNA dan RNA sebagai pembawa informasi genetik. Selain itu perlu juga memelajari cara gen diekspresikan melalui proses sintetis genetik. Dasar-dasar pengetahuan ini akan digunakan mempelajari pola-pola hereditas. Dalam mempelajari hereditas, akan dibahas tentang pembelahan sel secara mitosis maupun meiosis.
Setelah mempelajari pola - pola hereditas yang mencangkup pewarisan pewarisan sifatinduk kepada keturunannya melalui gamet dengan aturan tertentu. Materi ini sangat menunjang dalam mempelajari materi tentang mutasi. Dalam hal ini akan membahas tentang perubahan yang terjadi pada bah genetis. Perubahan pada bahan genetis ini akan menyebabkan perubahan sifat mahluk hidup yang bersifa menurun. Perubahan sifat yang menurun itu secara umum disebut mutasi. Bentuk – bentuk perubahan yang terjadi sangatlah beragam.
2. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan pewarisan sifat ?
2) Apa yang dimaksud dengan reprduksi sel ?
3) Bagaimanakah proses terjadinya mitosis dan meiosis ?
4) Bagaimanakah perbandingan antara mitosis dengan meiosis ?
5) Apa yang dimaksud dengan mutasi ?
6) Bagaimanakah proses terjadinya mutasi ?
7) Bagaimanakah mutasi alami dapat terjadi ?
8) Bagaimanakah mutasi buatan dapat dilakukan ?
9) Apakah penyebabterjadinyamutasi ?
10) Apakah dampak dari mutasi ?
3. TUJUAN
Tujuan pembelajran ini adalah untuk memahami penerapan konsep dasar dan prinsip – prinsip hereditas dan mutasi serta implikasi di lingkungan. Pada kesempatan ini, pembelajaran harus memahami keterkaitan antara pembelahan sel dengan pewarisan sifat.



BAB II
ISI

PEWARISAN SIFAT (HEREDITAS)
Gregor Johann Mendel dikenal sebagiai bapak genetika mengemukakan dua hukum tentang pewarisan sifat (hereditas) yaitu hukum Mendel I dan hukum Mendel II.
a. Hukum Mendel I , menyatakan bahwa dalam pembentukan sel gamet pasangan alel akan memisah secara bebas, yaitu dari diploid menjadi haploid.
b. Hukum Mendel II, menyatakan bahwa setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan gen lain, namun gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan alelnya.
Persilangan dua individu yang mempunyai sifat beda disebut hibrid. Ada lima macam persilangan yang dapat dijelaskan dengan hukum Mendel yaitu sebagai berikut:
a. Monohibrid ( Persilangan dengan satu sifat beda ), ada dua macam :
1) Monohibrid dominansi penuh, dengan perbandingan fenotipe F2 adalah 3 : 1, dan perbandingan genotype F2-nya adalah 1:2:1
2) Monohibrid intermediet, dengan perbandingan fenotipe F2 adalah 1:2:1, dan perbandingan genotype F2-nya adalah 1:2:1
b. Dihibrid ( Persilangan dengan dua sifat beda), dengan perbandingan fenotipe F2 adalah 9:3:3:1.
c. Backcross ( Persilangan balik ), dengan perbandingan fenotipe F2-nya adalah 1:1.
d. Testcross (Uji silang), dengan perbandingan fenotipe F2-nya adalah 1:1.
e. Persilangan Resiprok (persilangan dengan gamet jantan dan gamet betina dipertukarkan sehingga menghasilkan keturunan yang sama).
REPRODUKSI SEL
Reproduksi sel (pembelahan sel) dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Pembelahan Amitosis
Amitosis adalah pembelahan secara langsung dari satu sel menghasilkan dua sel anak yang identik tanpa melalui tahap-tahap pembelahan. Amitosis merupakan salah satu cara reproduksi aseksual pada organisme uniseluler.

2. Pembelahan Mitosis
Pembelahan mitosis terjadi pada proses perbanyakan sel-sel somatis ( sel tubuh).
Mitosis berlangsung dalam empat tahap yaitu:
a) Interfase
Interfase merupakan fase terpanjang dari siklus sel. Tahap – tahap interfase :
1) Fase G1 ( Gap1 ) merupakan fase terdiri atas proses Transkripsi RNA, tRNA, mRNA, dan sintesis berbagai jenis protein.
2) Fase S ( sintesis ) merupakan tahapan ketika sel mengalami replikasi dan duplikasi kromosom.
3) Fase G2 ( Gap 2),terbentuknya komponen sitoplasma berupa organel dan makromelekul.
Selama interfase inti berada dala keadaan utuh, jumlah DNA menjadi 2 kali lipat, terjadi akumulasi rRNA dan protein ribosom, serta terjadi pembesaran nukleolus. Akhirnya, ukuran selnya menjadi meningkat.
b) Profase
a) nucleus tidak terlihat.
b) Benang – benang kromatin mengalami pemendekan dan penebalan sehingga kromosom dalam nukleus tampak jelas.
c) Mebran inti menghilang.
d) Pementukan spindel oleh mikrotubul dalam sitoplasma.
e) Sentriol berpindah menuju kutub yang berlawaan
c) Metafase
a) Pasangan kromatid berada pada bidang ekuator.
b) Spindel menghubungkan sentromer dengan kutub pembelahan.
c) Kromosom bersusun pada bidang ekuator
d) Anafase
a) Kromatid yang berpasangan berpisah bersama sentromernya.
b) Kromatid menuju kutub pembelahan masing – masing.
e) Telofase
a) Gerakan kromatid berhenti, menuju kutub pembelahan.
b) Pada bidang pembelahan, terjadi penebalan plasma.
Setelah pada bidang pembelahan terjadi penebalan plasma, dilanjutkan dengan sitokinesis. Sitokinesis adalah proses pemisahan sitoplasma pada pembentukan dua sel anak. Pada bidang ekuatorial terdapat mikrotubul dan bercampur pada gelembung yang dinamakan lapisan pemisah. Selanjutnya akan membentuk sel baru. Tujuan pembelahan mitosis pada mahluk hidup adalah :
1. Membantu sel dalam memelihara ukurannya.
2. Keseimbangan jumlah DNA dan RNA.
3. Menganti sel yang rusak atau mati.
4. Membantu organism dalam reproduksi aseksual

3. Pembelahan Meiosis
Pembelahan meiosis merupakan sel yang menghasilkan sel anak dengan jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom induknya. Meiosis terjadi pada pembentukan sel-sel kelamin ( gametogenesis ). Meiosis terjadi dalam 2 tahap,yaitu:


1) Pembelahan meiosis I
a) Profase I
Terbagi atas beberapa fase :
1) Liptoten
2) Zigoten
3) Pakiten
4) Diploten
5) Diakinesis
b) Metafase I
Inti tidak tampak lagi. Kromosom homolog berderet di bidang ekuator.
c) Anafase I
Kromosom yang terpisah menuju kutub yang berlawanan. Pada fase ini terjadi pengurangan (reduksi) jumlah kromosom.
d) Telofase I
Nukleolus tampak kembali dan dalam satu sel terbentuk dua inti yang lengkap (kariokinesis). Setelah kariokinesis, terjadi sitokinesis sehingga terbentuk 2 sel anak yang haploid.

2) Pembelahan meiosis II
a) Profase II
Diawali dengan pembelahan dua buah setriol menjadi dua pasang sentriol. Setiap sentriol menuju kutub berlawanan. Mikrotubul membentuk spindel dan mebran inti. Nucleolus lenyap dan kromosom menjadi kromatid.
b) Metafase II
Pada fase ini spindel menghubung sentromer dengan kutub pembelahan. Kromatid berada di bidang ekuator.
c) Anafase II
Sentromer berpisah dan kromatid menuju kutub yang berlawanan.


d) Telofase II
Kromatid mencapai kutub pembelahan. Kemudian, mikrotubul membentuk membran inti baru. Setelah itu terjadi sitokinesis dan terbentuk empat sel yang haploid.
Meiosis pada sel hewan dan manusia terjadi pada peristiwa spermatogenesis dan oogenesis. Sedangkan pada tumbuhan angiospermae, meiosis terjadi pada peristiwa mikrosporogenesis ( tumbuhan jantan ) dan megasporogenesis ( tumbuhan betina ). Tujuan pembelahan meiosis yaitu :
1) Untuk memelihara jumlah kromosom mahluk hidup.
2) Adanya pindah silang yang memungkinkan timbulnya variasi genetik
Perbandingan antara Mitosis dan Meiosis
A. Mitosis
1. Terjadi dalam sel somatis
2. Terjadi dalam satu rangkaian fase pembelahan
3. Waktunya relatif singkat
4. Tidak terjadi pindah silang
5. Saat anafase sentromer langsung memisah pada bidang ekuator
6. Satu sel induk diploid menghasilkan dua sel anak diploid
7. Jumlah sel anak sama dengan sel induk
B. Meiosis
1. Terjadi dalam sel germinal (kelamin)
2. Terjadi dalam dua rangkaian fase pembelahan
3. Waktunya relatif panjang
4. Dapat terjadi pindah silang
5. Pada meiosis I tidak terjadi pemisahan sentromer, namun pada meiosis II terjadi pemisahan sentromer
6. Satu sel induk diploid menghasilkan empat sel anak yang haploid
7. Jumlah kromosom pada sel anakan setengah dari sel induk.

MUTASI
Mutasi adalah perubahan materi genetik (gen dan kromosom) dari suatu individu yang bersifat menurun. Peristiwa terjadinya mutasi disebut mutagenesis, sedangkan organisme yang mengalami mutasi disebut mutan, dan faktor penyebab mutasi disebut mutagen. Mutasi pada umumnya bersifat merugikan.
Mutasi dibedakan menjadi 2 tingkatan yaitu:
a. Mutasi gen ( mutasi kecil / mutasi titik / point mutation )
Mutasi sen adalah perubahan yang hanya terjadi pada susunan DNA dan lokusnya tidak mengalami perubahan. Gen terdiri atas DNA. DNA tersusun atas nukleotida. Setiap nukleotida terdidi atas fosfat, basa nitrogen, dan gula deoksiribosa. Basa nitrogen terdiri dari atas 4 macam, yaitu adenin ( A ), Guanin ( G ), sitosin ( S ), dan timin ( T ). Perbrdaan jumlah dan jenis basa nitrogen menimbulkan perbedaan jenis DNA.
Pada umumnya, mutasi dapat terjadi akibat adanya mutagen yang akan meningkatkan resiko perubahan DNA yang diwariskan. Walaupun tidak ada mutagen, mutasi dapat muncul pada sel ( mutasi spontan ). Mutasi spontan dapat disebakan oleh aktivitas gen pengubah urutan. Elemen DNA yang seperti itu dapat berpindah dari lokasi yang satu ke lokasi yang lainnya pada melekul DNA yang sama atau berbeda. Ketika elemen tersebut menyisip, gen tertentu menjadi tidak aktif sehingga akan menyebakan perubahan fenotipe. Perubahan hasi aktivasi gen ini akan diturunkan.
b. Mutasi kromosom ( mutasi besar / gross mutation )
Mutasi pada kromosom dapat dibedakan menjadi perubahan set kromosm dan kerusakan kromosom.



1. Perubahan set kromosom
Perubahan pada jumlah n-nya. Perubahan set kromosom pada mahluk hidup terjadi karena mutagen tertentu. Variasi yang menyangkut jumlah kromosom dapat dibedakan menjadi euplodi dan aneuplodi.

1) Euplodi
Euplodi adalah individu yang variasi kromosomnya berhubungan dengan seluruh set kromosom. Individu euplodi memliki set kromsom yang lengkap. Tipe euplodi adalah monoplodi, diploid, poliplodi.
2) Aneuplodi
Aneuplodi adalah individu yang memiliki kekurangan atau kelebihan kromosom dibandingkan dengan jumlah kromosom diploid dari suatu individu. Beberapa tipe aneuplodi adalah monosomi, nullisomi, dan polisomi. Aneuplodi terjadi karena beberpa hal. Diantaranya sebagai berikut,
a. Anafase lag
Tidak melekatnya salah satu kromatid pada serat gelendong yang terjadi ketika meiosis I.
b. Nondisjunction
Tidak terpisahnya kromatid atau kromosom homolog menuju kutub berlawanan ketika meiosis tahap anaphase.
Berikut ini contoh kelainan pada pada peristiwa aneuplodi :
1. Sindroma turner
2. Sindroma klinifelter
3. Sindroma down
4. Sindroma Edwards
5. Sindroma patau

2. Kerusakan kromosom
1) Delesi ( kehilangan kromosom )
2) Duplikasi ( penambahan ukuran kromosom )
3) Translokasi ( perpindahan patahan kromosom )
4) Isokromosom ( kesalahan arah pembelahan )
5) Inversi ( perubahan susunan kromosom )
Macam-macam mutasi berdasarkan kejadiannya
1. Mutasi alami
Mutasi alami adalah perubahan yang terjadi dengan sendirinya akibat adanya faktor alam yang mempengaruhinya. Faktor alami tersebut antara lain sinar ultraviolet dan sinar radioaktif. Mutasi alami juga disebut mutasi spontan. Mutasi alami berlangsung sangat lambat dan jarang terjadi dengan penyebab yang belum diketahui secara pasti. Pada mutasi alami, urutan DNA berubah tanpa alasan yang jelas dan biasanya berhubungan dengan kesalahan replikasai DNA. Mutasi yang terjadi secara alami biasanya merugikan individu yang mengalami dan keturunannyakarena mutasi ini dapa diwariskan ke generasi berikutnya. Walaupun kemungkinan terjadinya sangan kecil, mutasi alami merupakan salah satu faktor penting yang memberi peluang terjadinya proses evolusi biologi.
2. Mutasi buatan
Mutasi buatan adalah peristiwa perubahan materi genetik yang disengaja dilakukan oleh manusia dengan tujuan tertentu untuk kepetingan manusia. Sebutan mutasi buatan biasanya mutasi induksi. Pada mutasi induksi, urutan DNA berubah sebagai akibat terpapar oleh mutagen. Kerusakan akibat mutagen fisik dan kimia dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Kerusakan fisiologis
b. Perubahan gen
c. Perubahan kromosom
Faktor-faktor penyebab mutasi
1. Mutagen kimia
Mutagen kimia pertama kali ditemukan saat perang dunia I dan II. Saat itu penggunaan komponen gas mustard beracun yang menyebabkan mutasi pada sel-sel. Sejak saat itu banya mutagen kimia yang diidentifikasi.

2. Mutagen fisika
Mutagen fisika umumnya berupa radiasi. Radiasi merupakan agen mutagenik pertama yang ditemukan pada dekade 1890-an. Sumber-sumber alami radiasi meliputi sinar kosmik dari matahari dan luar angkasa, elemen-elemen radioaktif di tanah dan produk-produk terestrial serta di atmosfer. Sebagai tambahan, manusia dapat menciptakan radiasi-radiasi buatan, diantaranya adalah tes-tes medis, tes nuklir, dan bermacam-macam produk lainnya.
3. Mutagen biologi
Mutagen biologis umumnya berupa bahan genetik, yaitu asam nukleat. Bahan yang dibawa oleh virus atau bakteri. Bahan genetik yang dibawa oleh virus atau bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk mengubah kondisi DNA sel atau organisme.
Dampak mutasi
1. Resstensi antibiotik pada bakteri
Mutasi pada bakteri sering kali menghasilkan resistensi (kekebalan) terhadap obat-obatan antibiotik.
2. Pembentukan produsen antibiotik yang lebih efektif
Melalui proses mutasi, kapang dan mikroba dapat diubah menjadi produsen bahan-bahan berguna, seperti antibiotik yang lebih efektif.
3. Resistensi sel sabit terhadap malaria
Alel sel sabit menyebabkan sel darah merah yang normalnya berbentuk bulat bikonkav menjadi berbentuk sabit. Secara umum, hal itu merupakan suatu mutasi yang tidak diinginkan karena sel-sel sabit kurang efisien dibandingkan sel darah merah normal. Di daerah yang terjangkit malaria, mutasi tersebut merupakan suatu keuntungan karena orang-orang dengan sel-sel darah berbentuk sabit lebih dikit yang tertular malaria dari nyamuk.
4. Meningkatkan keanekaagaman genetik
Mutasi merupakan suatu cara untuk memasukan alel-alel baru ke dalam suatu populasi. Itu berarti mutasi meningkatkan keanekaragaman genetik suatu populasi.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Reproduksi seksual maupun reproduksi aseksual bergantung pada pembelahan sel. Pembelahan sel terbagi atas tiga, yaitu amitosis ( langsung), mitosis dan meiosis ( tidak langsung). Masing-masing pembelahan tersebut memiliki fase-fase selain pembelahan amitosis. Pebelahan mitosis terdiri dari satu rangkaian fase dan menghasilkan dua sel anak diploid dari satu sel induk diploid, sedangkan pembelahan meiosis terdiri dari dua rangkaian fase dan menghasilkan empat sel anak haploid dari satu sel induk diploid.
Mutasi adalah perubahan fisik yang terjadi pad bahan-bahan genetik. Mutasi erdiri dari dua macam yaitu mutasi gen dan mutasi kromosom. Dari proses terjadinya mutasi terbagi menadi dua yaitu mutasi alami dan mutasi buatan.


DAFTAR PUSTAKA

Karmana, Oman.2008.Cerdas Belajar Biologi Kelas XII.Bandung:Grafindo Media Pertama
Pujiyanto, Sri.2004.Khazanah Pengetahuan Biologi Kelas 3B.Solo:Tiga Serangkai

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Bahasa biasa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam hidup ini .juta bahasa yang masing – masing memiliki perbedaan.dan hampir tiap orang dalam sehari – harinya menggunakan bahasa.Jadi selain kebutuhan sandang, pangan papan bahasa meripakan salah satu kebutuhan penting .
Menurut penggunaan nya bahasa Indonesia dapat di bagi menjadi dua .yaitu bahasa baku dan non baku.dalam berbahasa pasti kita menggunakan berbagai kalimat.setiap kalimat sehingga kalimat tersebut jadi terdengar kurang efektif.
Setiap penyusunan kata – kata pun memiliki aturan – aturan tersebut masih kurang diketahui oleh semua orang .sehingga kata – kata yang mereka ucapkan jadi kurang efektif .
Salam itu masih banyak jadi orang – orang tidak dapat membedakan jenis – jenis kata.semua tidak memahami fungsi dan arti dari imbuhan-imbuhan pada setiap kata.
II. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud mertologi ?
2) Bagaimanakah pembagian jenis – jenis kata ?
3) Apakah yang dimaksud imbuhan ?
III. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberi pemahaman tentang morfologi dan bagian, bagiannya selain itu juga mamberikan pengertian tentang macam – macam jenis kata serta imbuhan kegunaannya.

BAB II
ISI
Morfologi
1. Pengertian
Morfologi adalah cabang ilmu yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu. Dan ada pula yang beranggapan bahwa morfologi adalah morfologi merupakan bidang ilmu yang membicarakan struktur intern kata. Untuk dapat digunakan dalam tuturan, kata ada yang langsung dapat digunakan, ada pula yang harus melalui sebuah proses terlebih dahulu. Proses morfologis merupakan suatu proses untuk menghasilkan kata turunan, berupa kata berimbuhan, kata ulang, atau kata majemuk. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah tata bahasa yang membicarakan bentuk kata.
2. Alomorf
Dalam merealisasikan morfem-morfem tersebut, pada suatu ketika kita sampai kepada suatu kenyataan bahwa morfem-morfem itu dapat juga mengalami variasi atau perubahan bentuk. Misalnya morfem ber- dalam bahasa Indonesia dalam realisasinya dapat mengambil bermacam-macam bentuk:
ber- be- bel-
berlayar bekerja belajar
Perubahan bentuk ber- menjadi be- atau bel- disebabkan oleh lingkungan yang dimasukinya. Bila ber- memasuki suatu lingkungan kata yang mengandung fonem /r/ dalam suku kata pertama, maka fonem /r/ dalam morfem ber- itu ditanggalkan. Dalam suatu kesempatan unsur /r/ itu berubah menjadi /l/. Bentuk-bentuk variasi dari pada morfem itu disebut alomorf . Jadi alomorf adalah variasi bentuk dari suatu morfem disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya.
3. Morfem
Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya. Dalam pembagiaanya morfem dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Morfem bebas
Morfem bebas adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Atau morfem yang secara potensional dapat berdiri sendiri
Contoh : kerja, rumah, nasi, daging.
b. Morfem terikat
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, morfem dapat dibagi atas dua macam yaitu morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat dalam tata bahasa Indonesia dapat dibagi lagi atas empat macam berdasarkan tempat terikatnya pada sebuah morfem dasar:
1. Prefiks (= awalan) : per-, me-, ter-, di-, dan lain-lain.
2. Infiks (= sisipan) : -el, -er, -em,
3. Sufiks (= akhiran) : -an, -kan, -i.
4. Konfiks : gabungan dari dua atau lebih dari ketiga macam morfem di atas yang bersama-sama membentuk suatu kesatuan arti.
Analisa kata
Marilah kita mengambil contoh “perbuatan”. Dengan contoh ini akan timbul beberapa pendapat. Mungkin ada yang akan berpendapat bahwa perbuatan terjadi dari 3 unsur yaitu per-, buat dan –an. Kata perbuatan mengandung suatu ide yang lain sekali dari kata perbuat atau buatan. Berarti masing-masing unsur per- dan –an dalam kedua kata tersebut juga mempunyai suatu tugas yang khusus dalam membentuk arti. Sedangkan arti unsur-unsur per- dan –an dalam perbuatan bukanlah gabungan dari kedua unsur itu, tetapi keduanya bersama-sama membentuk suatu arti yang lain. Jadi, kedua bentuk itu, yang mempunyai kesatuan arti, pada suatu saat bergabung dengan kata buat. Sebab itu dapatlah ditegaskan di sini bahwa kata perbuatan terbentuk dari dua unsur yaitu buat dan konfiks pe-an.
Analisa semacam ini, yang dilakukan atas kata disebut analisa unsur bawahan terdekat. Dengan analisa ini kita mencari unsur-unsur yang langsung membentuk kata-kata. Menurut tata-tingkat pembentukan, setiap unsur yang baru harus selalu terdiri dari dua unsur yang lebih kecil. Tiap-tiap unsur yang langsung membentuk kata itu disebut unsur bawahan terdekat.
1) Analisa unsur
Dengan dasar-dasar pengertian tersebut kita menerapkan lagi analisa di atas, dengan unsur-unsur yang lebih sulit, misalnya: menerangkan. Kata dasar menerangkan adalah terang. Kini kita meneliti unsur manakah yang mula-mula bergabung dengan terang.
1. Kata terang mula-mula bergabung dengan unsur –kan, sehingga terbentuklah kata terangkan.
2. Tahap II yang harus kita lalui adalah fonem t mendapat proses nasalisasi (penyengauan) menjadi n.
N (nasalisasi) + terangkan, hasilnya adalah nerangkan.
3. Baru pada akhirnya kita menggabungkan me- dengan nerangkan sehingga terbentuklah kata menerangkan.
2) Nasalisasi
Nasalisasi adalah proses merubah atau memberi nasal pada fonem-fonem. setiap fonem yang dinasalkan haruslah mengambil nasal yang homorgan. Artinya nasal yang mempunyai artikulator dan titik artikulasi yang sama seperti fonem yang dinasalkan itu.
Dalam proses nasalisasi tersebut tampak pula bahwa: b, d, g, j, tidak pernah hilang bila mengalami nasalisasi, sedangkan p, t, k, s hilang atau luluh. Hal ini terjadi karena b, d, g itu adalah konsonan bersuara, sama seperti konsonan nasal itu. Jadi tidak perlu diadakan penyesuaian lagi karena sifat fonem itu sama (bersuara). Sebaliknya, p, t, k, s adalah konsonan yang tak bersuara yang harus disesuaikan dengan fonem nasal yang bersuara. Dalam penyesuaian ini konsonan-konsonan yang tak bersuara itu mengalami peluluhan. jadi, nasalisasi harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
1. Nasalisasi berlangsung atas dasar homogen.
2. Dalam nasalisasi konsonan bersuara tidak luluh, konsonan tak bersuara diluluhkan.
3. Nasalisasi hanya berlangsung pada kata-kata dasar, atau yang dianggap kata dasar.
4. Fonem-fonem y, r, l, dan w dianggap mengalami proses nasalisasi juga tetapi nasalisasi yang zero.
3) Kata dasar
Kata dasar adalah bagian terkecil suatu kalimat yang tidak dapat dibagi lagi yang memiliki arti. Untuk memudahkan pengertiannya kita mengambil suatu dasar lain yang lebih sempit yaitu berdasarkan suku kata ( silaba ). Bila kita berusaha untuk memecah-mecahkan kata dasar bahasa Indonesia menjadi sukukata-sukukata, maka kta akan sampai kepada satu kesimpulan bahwa ada empat macam struktur sukukata dalam bahasa Indonesia yaitu: V, V-K, K-V , dan K-V-K . Dengan demikian kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari kemungkinan-kemungkinan gabungan dari ketiga jenis silaba itu, misalnya:
ru - mah (K-V + K-V-K)
ka - ta (K-V + K-V)
a - pa (V + K-V)
lem - but (K-V-K + K-V-K)
na - ik (K-V + V-K)
a - ir (V + V-K) , dll.

JENIS – JENIS KATA
Hampir semua tatabahasa sekarang mendasarkan pembagian jenis kata menurut Aristoteles. Sebenarnya Aristoteles sendiri tidak membagi kata-kata atas sepuluh jenis kata. Ia hanya meletakkan sisetmatikanya. Pembagian jenis kata mula-mula terdiri dari 8 jenis kata.
Ketika orang-orang Eropa lainnya berusaha menyusun tata bahasa dari bahasa-bahasa mereka menurut contoh tatabahasa Yunani-Latin, maka ditambahkan lagi jenis kata baru sesuai dengan sifat bahasa mereka yaitu Kata Sandang serta Kata Seru diberi status sebagai satu jenis kata. Dengan demikian kesepuluh jenis kata itu diterima dalam semua tatabahasa yang disusun berdasarkan tatabahasa Eropa.
Pembagian ini oleh kebanyakan orang dianggap keramat atau dianggap sebagai suatu dasar yang tak dapat dirubah lagi karena sudah mencapai titik kesempurnaan. Tetapi bila kita berpikir lebih dalam bahwa dasar pembagian itu bertolak dari kaidah-kaidah filsafat, sedangkan bahasa tidak selamanya harus diperlakukan dengan dasar-dasar filsafat, maka sudah tentu ada kelemahan-kelemahan dari pembagian di atas. Bahwa pengertian dan konsep yang diberikan kepada masing-masingnya itu mungkin masih dapat diterima, tetapi menempatkan kesepuluhnya dalam suatu klasifikasi yang disebut jenis kata agaknya sulit untuk diterima oleh ahli-ahli bahasa modern. Jadi pembagian jenis kata yaitu :
1) Kata Benda
Berdasarkan bentuknya, segala kata yang mengandung morfem terikat, ke-an, pe-an, -an, ke-, kita calonkan sebagai kata benda, misalnya: perumahan, perbuatan, kecantikan, pelari, jembatan, kehendak. Berdasarkan kelompok kata, segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata sifat adalah kata benda. Contohnya: Tuhan, angin dapat diperluas menjadi Tuhan yang adil, angin yang kencang. Kata benda dapat dibagi menjadi dua yaitu kata benda kongkret dan abstrak. Kata benda ini bisa berupa kata dasar, bisa pula kata yang diturunkan.
2) Kata Kerja
Berdasarkan bentuknya, segala kata yang mengandung imbuhan me-, ter-, -kan, di-, -i kita calonkan sebagai kata kerja. Ditinjau dari kelompok kata, segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat adalah kata kerja. Contohnya: mendengar, buat dapat diperluas mendengar dengan cermat, buat dengan cepat. Kata kerja juga dapat menyatakan tindakan atau pengertian Yang dinamis. Melihat hubungannya dengan obyek, kata kerja dapat dibedakan menjadi kata kerja transitif, dan kata kerja instransitif. Sedangkan dilihat hubungannya. dengan subjek, kata kerja dapat dibedakan mernjadi kata kerja bentuk-bentuk tindak atau aktif, dan kata kerja bentuk tangga atau pasif.
3) Kata Sifat
Berdasrkan bentuknya, segala kata dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya disebut kata sifat, misalnya: teliti, tinggi, cepat dapat menjadi: seteliti-telitinya, setinggi-tingginya, secepat-cepatnya. Dari segi kelompok kata, kata sifat dapat diterangkan oleh kata-kata: paling, lebih, sekali Contohnya: besar, tingsi dapat diterangkan menjadi besar sekali, paling besar, lebih besar, tinggi sekali, paling tinggi, lebih tinggi.
4) Kata Ganti
Kata ganti ialah kata yang tugasnya menggantikan sebuah kata benda yang telah disebut, setidak-tidaknya yang terkenal, atau menunjukkan dan menanyakan tentang kata benda. Kata ganti dapat dibedakan menjadi:
a) Kata ganti orang, yang meliputi :
1. Kata ganti orang pertama tunggal.
Misalnya: Saya sedang belajar Bahasa Indonesia.
2. Kata ganti orang pertama jamak.
Misalnya: Kami tidak akan membuat keributan lagi.
3. Kata ganti orang kedua tunggal.
Misalnya: Silakan Anda temui anak itu.
4. Kata ganti orang kedua jamak.
Misalnya: Kalian harus memperbaiki diri sebaik-baiknya.
5. Kata ganti orang ketiga tunggal.
Misalnya: Sejak sakit, ia menjadi anak pendiam.
6. Kata ganti orang ketiga jamak.
Misalnya: Apakah mereka menyadari kesalahannya?
7. Kata ganti orang pertama dan kedua.
Misalnya: Jika demikian, ya kita tinggal berdo’a.
b) Kata ganti empunya
Misalnya: ku, mu, nya.
c) Kata ganti penunjuk
Misalnya: ini, itu, sana, sini.
d) Kata ganti penghubung
Misalnya: yang
e) Kata ganti penanya
Misalnya: bagaimana, siapa
5) Kata Bilangan
Kata bilangan dapat dibedakan menjadi:
a, induk kata bilangan, seperti: satu, dua, seratus, seribu;
b. kata bi1angar tak tentu, seperti: beberapa, segala
c. kata bilangan kumpulan misalnya: ketiga, bertiga
d. kata bilangan tingkat ketiga, keempat, kelima; dan
e. kata bilangan pecahan, seperti: dua pertiga, seperdua.
6) Kata Keterangan
Kata keterangan atau kata tambahan ialah kata-kata yang berfungsi sebagai keterangan pada kata-kata yang bukan kata benda. Menurut artinya, jenis kata ini dapat dibedakan lagi menjadi: penunjuk waktu, penunjuk tempat, penunjuk peri keaadaan, penunjuk banyak atau taraf ketandasan, peninjuk taraf kepastian, penunjuk tekanan.
7) Kata Sambung
Kata sambung menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat atau kalimat-kalimat. Di samping itu, temasuk kata sambung juga, kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang berdiri pada permulaan sebuah kalimat, berguna untuk mengantar sebuah ceritera, suatu pasal, atau kalimat yang baru. Yang termasuk golongan kata sambung, misalnya: serta, apabila, agar, sebab, sedangkan, jika, dan sebagainya.
8) Kata Depan
Kata depan ialah kata-kata yang selalu berada di depan kata benda atau kata ganti, sedangkan hubungannya dengan kata benda dan kata ganti yang mengikutinya itu lebih erat daripda hubungan dengan kata yang di depannya, bahkan sering juga di depannya itu tidak ada sepatah kata pun. Berdasarkan artinya, kata depan dapat dibagi menjadi:
1. kata depan pengantar tempat, seperti: ke, di, dari
2. kata depan pengantar pihak yang akan menerima bagian, seperti: untuk, buat, bagi
3. kata depan pergantar alat, kawan, atau lawan, ialah kata dengan
4. kata maksud dan tujuan, seperti: akan, untuk, guna
5. kata depan pengantar pelaku pekerjaan, ialah, oleh
6. kata depan penatar waktu atau tempat, seperti: hingga, hampir, sampai; dan
7. kata depan pengantar sebab, seperti: atas, demi, sebab.
9) Kata Sandang
Kata sandang ialah kata yang gunanya untuk menegaskan kata yang berikutnya yang disandanginya, hingga kata-kata itu mempunyai arti yang tentu, tersekat dari nada yang lain—lain. Menurut fungsinya, kata sandang dapat dibedakan menjadi: pembentuk kata benda, Yang kurap, si Cebol, Merah putih; untuk mengeraskan arti, menyekat, atau menceraikan kata benda daripada yang lain-lain, seperti: kembalikan saja kepada si pengirim, saya sendiri menjemputmu kemarin; untuk menghormati, seperti.: sang Bangsawan, sang Ibu; dan untuk menyekat atau menceraikan sesuatu dan kelornpok atau “dunianya’, seperti: sebuah kursi, seekor kambing.
10) Kata Seru
Kata seru ialah kata-kata yang merupakan tiruan bunyi atau seruan secara spontan sebagai pelepas perasaan. Menurut artinya, kata seru dapat dibedakan menjadi:
1. kata seru peniru bunyi
2. kata seru yang menyatakan rasa hati yang dapat diklasifikasikan menjadi kata seru: biasa, menyatakan rasa heran, menyatakan rasa sakit atau terancam bahaya, merasakan rasa iba atau sedih, merasakan rasa terkejut bercampur sedih, menyatakan kekecewean, nyatakan rasa kesal, menyatakan meminta perhatian, menyatakan tidak percaya, dan menyatakan persetujuan.
IMBUHAN (AFIKS)
Kata – kata berimbuhan ( afiks ) dapat dibagi atas kata – kata yang mengandung prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
1. Prefiks ( awalan )
a) ber-
Fungsi Prefiks ber- antara lain:
i) Membentuk kata kerja.
ii) Merupakan transformasi dari kata mempunyai atau memiliki.
Kemungkinan-kemungkinan arti yang dapat didukung oleh prefiks ber- adalah sebagai berikut:
1. Mengandung arti mempunyai atau memiliki.
Contoh: bernama, beribu, berkaki, bermata.
2. Mempergunakan atau memakai sesuatu yang disebut dalam kata dasar.
Contoh: berkereta, berbaju, bersepeda, berkacamata.
3. Mengerjakan sesuatu atau mengadakan sesuatu.
Contoh: bersawah, bertukang, bernafas.
4. Memperoleh atau menghasilkan sesuatu.
Contoh: bersiul, bertelur, beruntung, berhujan.
5. Berada dalam keadaan sebagai yang disebut dalam kata dasar.
Contoh: beramai-ramai, bergegas-gegas, bermalas-malas.
6. Bila kata dasarnya adalah kata bilangan atau kata benda yang menyatakan ukuran, maka ber- mengandung arti himpunan.
Contoh: bersatu, berdua, bertahun-tahun, bermeter-meter.
7. Menyatakan perbuatan yang intransitif.
Contoh: berjalan, berkata, berdiri, berubah.
8. Menyatakan perbuatan berbalasan atau timbal balik resiprok.
Contoh: berkelahi, bergulat, bertinju.
9. Menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri atau refleksif.
Contoh: berhias, bercukur, berlindung.
10. Bila dirangkaikan di depan sebuah kata yang berobjek maka mengandung arti mempunyai pekerjaan itu.
Contoh: bermain mata, bermain bola, bertolak pinggang.
b) me-
Fungsi yang utama dari prefiks me- adalah membentuk kata kerja, baik transitif maupun intransitif. Bidang arti yang dapat didukung oleh prefiks me- dapat ditinjau dari dua segi berdasarkan fungsi me- itu, sebagai pembentuk kata kerja transitif atau intransitif:
a) Intransitif
1. Mengerjakan sesuatu perbuatan atau gerakan.
Contoh: menari, menyanyi, melompat.
2. Menghasilkan atau membuatu sesuatu hal.
Contoh: menguak, menyalak, meringkik.
3. Bila kata dasarnya menyatakan tempat, maka kata yang mengandung me- itu berarti menuju ke arah.
Contoh: menepi, meyisir, melaut, mendarat.
4. Prefiks me- dapat juga diartikan dengan berbuat seperti, berlaku seperti atau menjadi seperti.
Contoh: merajalela, membatu, menyemak, menghutan.
5. Bila kata dasarnya kata sifat atau kata bilangan maka me- mengandung arti menjadi.
Contoh: meninggi, merendah, memutih, mendua.
6. Suatu variasi lain dari me- + kata bilangan adalah membuat untuk kesekian kalinya, terutama dalam beberapa ungkapan.
Contoh: menujuh hari, meniga hari.
b) Transitif
1. Melakukan suatu perbuatan.
Contoh: menulis, menikam, menyiksa, membuang, menangkap.
2. Mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung dalam kata dasar.
Contoh: menyabit, menyapu, memarang.
3. Membuat atau menghasilkan apa yang disebut dalam kata dasar.
Contoh: menyambal, menggulai.
c) pe-
Fungsi dari prefiks pe- adalah membentuk kata benda. Arti yang mungkin didukung oleh prefiks pe- adalah:
1. Menyatakan orang yang mengerjakan sesuatu (persona agentis).
Contoh: pelempar, pembuat, pembaca, pengawal.
2. Menyatakan alat.
Contoh: penggali, penglihat, perasa.
3. Menyatakan sesuatu yang di- .
Contoh: petunjuk, penampung, pesuruh, petaruh.
4. Menyatakan orang yang biasa bekerja di suatu tempat.
Contoh: pelaut, pedagang.
5. Menyatakan sesuatu atau seseorang yang mempunyai sifat itu.
Contoh: pemarah, pemalas.
6. Orang yang gemar membuat sesuatu.
Contoh: pencandu, penjudi, pemakan.
d) per-
Prefiks per - berfungsi untuk membentuk kata kerja. Arti yang didukung per- dalam pembentukan kata kerja pada umumnya mengandung arti kausatif, yaitu menyebabkan terjadinya atau adanya sesuatu. Arti kausatif ini dapat diperinci lagi dengan:
1. Menjadikan, membuat sesuatu jadi.
Contoh: perbudak, perhamba, perdewa.
2. Memanggil atau menganggap sebagai.
Contoh: pertuan, peradik.
3.Bila kata dasarnya kata bilangan maka arti yang didukukng adalah membagi, membuat jadi .
Contoh: perdua, perlima, persepuluh.
4. Bila kata dasarnya kata keadaan maka berarti membuat lebih .
Contoh: pertinggi, perburuk, perbesar, perhebat.
6. Arti lain yang dikandung oleh per- adalah menyatakan intensitas.
Contoh: perturut, pertimba.
e) di-
Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks "me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

f) ke-
Karena fungsi prefiks ke- ini lebih dari satu, dan sejajar pula dengan arti yang didukungnya, maka fungsi dan arti di sini dibicarakan bersama-sama:
1. Untuk membentuk kata bilangan tingkat, yaitu tempat keberapa suatu barang atau hal berada.
Contoh: anak keempat, buku kelima.
2. Untuk membentuk kata bilangan kumpulan.
Contoh: keempat anak itu, kelima buku tersebut.
3. Untuk membentuk kata benda, dan mengandung yang di- .
Contoh: ketua, kehendak, kekasih.
g) ter-
Prefiks ter- mempunyai dua fungsi:
1. Menyatakan aspek.
2. Membentuk atau menyatakan perbandingan.
Arti yang dapat didukung oleh prefiks ter- dapat disusun sebagai berikut:
1. Menyatakan aspek perspektif atau suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan.
Contoh: terikat, terhunus.
2. Menyatakan aspek kontinuatif atau suatu perbuatan yang berlangsung terus.
Contoh: lampu itu terpasang sampai pagi.
3. Menyatakan aspek spontanitas atau suatu perbuatan yang berlangsung dengan serta-merta atau tidak disengaja.
Contoh: terperosok, teringat, terkejut, tertegun.
4. Menyatakan kesanggupan, dan dalam hal ini dapat diartikan dengan dapat di-.
Contoh: peti itu tidak terangkat oleh kami.
5. Bila kata dasarnya mengalami reduplikasi, maka ter- dapat mengandung arti intensitas, kesangatan, atau perulangan suatu peristiwa (aspek repetitif).
Contoh: Ia berjalan tergesa-gesa.
Anak itu tertawa terbahak-bahak.
6. Menyatakan tingkat yang paling tinggi atau tertinggi dalam suatutingkat perbandingan.
Contoh: terbesar, tertinggi, terhina, termurah.
h) se-
Awalan se- berasal dari sa yang berarti satu, tetapi karena tekanan struktur kata, vokal a dilemahkan menjadi e. Bentuk awalan se- tidak mengalami perubahan atau variasi bentuk. Arti awalan se- adalah:
1. Menyatakan arti satu.
Contoh: seorang, sebuah, sebiji, sekota, segenap.
2. Menyatakan arti bersama-sama.
Contoh: serumah, sekelas, sekota.
3. Menyatakan satu waktu (aspek simultatif).
Contoh: setibanya, seperginya, sedatangnya.
4. Menyatakan sama dengan atau menyerupai.
Contoh: Ombak itu setinggi gunung.
Anak itu sepandai kakaknya.
5. Menyatakan sebanyak atau seberapa .
Contoh: Ambillah barang itu semaumu .
Setahuku, ia tidak terlibat dalam masalah itu.
6. Bila prefiks se- diikuti reduplikasi kata sifat, maka prefiks se- itu mengandung arti paling .
Contoh: setinggi-tingginya, sepandai-pandainya, serajin-rajinnya, secepat-cepatnya
2. Sufiks ( akhiran )
a) –an
Sufiks –an pertama-tama berfungsi untk membentuk kata benda. Karena pengaruh beberapa bahasa daerah atau dialek maka di sana-sini terdapat pula sufiks –an yang berfungsi membentuk kata sifat, namun bentuk ini belum terlalu produktif. Kata-kata yang mengandung sufiks –an, dapat mendukung salah satu arti berikut:
1. Tempat
Contoh: pangkalan, pegangan, tumpuan, hadapan, dan lain-lain.
2. Perkakas atau alat
Contoh: ayunan, kurungan, timbangan, pikulan, dan lain-lain.
3. Hal atau cara
Contoh: Didikan: dapat berarti hal mendidik atau cara mendidik.
Balasan: hal membalas atau cara membalas.
4. Akibat atau hasil perbuatan
Contoh: buatan, hukuman, balasan, karangan, dan lain-lain.
5. Sesuatu yang di... atau sesuatu yang telah... seperti yang telah disebut dalam kata dasar.
Contoh: larangan, catatan, tumbuhan, makanan, pantangan, pakaian, karangan.
6. Seluruh atau himpunan
Contoh: lautan, sayuran, daratan, kotoran, dan lain-lain.
7. Menyerupai atau tiruan dari
Contoh: anak-anakan, kuda-kudaan, dan lain-lain.
8. Tiap-tiap
Contoh: harian, bulanan, mingguan, tahunan, lusinan, dan lain-lain.
9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang diesbut pada kata dasar
Contoh: manisan, asinan, kuningan, lapangan.
10. Menyatakan indensitas baik mengenai kuantitas maupun mengenai kualitas.
Contoh: Mengenai kualitas: besaran, kecilan, tinggian.
Mengenai kuantitas: buah-buahan, sayur-sayuran, tumbuh- tumbuhan, dan lain-lain.
b) –i
Sufiks –I berfungsi untuk membentuk kata kerja. Tafsiran arti yang diturunkan dari kata-kata yang berakhiran –i adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan bahwa objek dari kata-kerja itu menunjukkan suatu tempat atau arah berlangsungnya peristiwa tersebut ( lokatif ). Karena objeknya itu menjadi tempat berlangsungnya suatu peristiwa, maka akibatnya objek itu tidak bergerak, berada dalam keadaan diam.
Contoh: Kami menanyai mereka
Saya mengelilingi kota.
2. Kadang-kadang arti lokatif itu mendapat arti jhusus, yaitu memberi kepada atau menyebabkan sesuatu jadi.
Contoh: Menghargai jasa orang.
Menyakiti hatinya.
Menghormati orang tua.
3. Menyatakan intensitas, atau pekerjaan itu dilangsungkan berulang-ulang (frekuentatif), atau pelakunya lebih dari satu orang.
Contoh: Tentara itu menembaki benteng musuh.
Anak-anak itu melempari anjing itu.
c) -kan
Sufiks – kan berfungsi untuk membentuk kata kerja. Macam-macam bidang arti yang dapat didukung oleh sufiks – kan adalah:
a. Menyatakan kausatif. Pengertian kaudatif berarti membuat, menyebabkan sesuatu atau menjadikan sesuatu.
Contoh: menerbangkan, melemparkan, menyeberangkan, mengemukakan, menyakitkan, dan lain-lain.
b. Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat, atau membuat dengan.
Contoh: menikamkan tombak, memukulkan tongkat.
c. Menyatakan beneaktif, atau membuat untuk orang lain.
Contoh: membelikan, meminjamkan
d. Ada pula sufiks – kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari kata tugas akan.
Contoh: mengharapkan = mengharap akan
sadarkan = sadar akan
Baik sufiks – kan maupun sufiks –i mempunyai fungsi yang sama yaitu membentuk kata kerja. Tetapi kedua akhiran itu mengandung suatu perbedaan terutama dalam hubungan dengan objeknya. Hubungan antara kata kerja yang berakhiran –i¬ dengan objeknya adalah objek berada dalam keadaan diam, menjadi tempat berlangsungnya perbuatan itu. Sedangkan untuk sufiks – kan¬, objeknya berada dalam keadaan bergerak.
Contoh: Perhimpunan itu mendatangkan sebuah regu sepak bola.
Kami sendiri mendatangi tempat itu.
Walaupun begitu kadang-kadang tidak terasa lagi perbedaan antara kedua akhiran itu.
d) -nya
Akhiran –nya mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Untuk mengadakan transposisi atau suatu jenis kata lain menjadi kata benda.
Contoh: baik buruk nya, merajalela nya, timbul tenggelam nya.
b. Menjelaskan atau menekankan kata yang berasa di depannya.
Contoh: Tamunya belum datang.
Ambilah obatnya dan minumlah.
Di rumah itu ada hantunya.
c. Menjelaskan situasi.
Contoh: Ia belajar dengan rajinnya.
Angin bertiup dengan kencangnya.
Ia menyanyi dengan merdunya.
d. Di samping itu ada beberapa kata tugas dibentuk dengan mempergunakan akhiran –nya.
Contoh: agaknya, rupanya, sesungguhnya, sebenarnya, dan lain-lain.
e) –man, -wan, -wati
Ketiga macam sufiks ini berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta bentuk sufiks –man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis jantan, sedangkan bentuk betina untuk masing-masing bentuk adalah –mati dan –wati. Tetapi dalam bahasa Indonesaia sufiks –mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiakan dengan kata mati sebagai lawan kata hidup. Oleh sebab itu bentuk tersebut tidak diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang sejajar dengan –man dipergunakan bentuk –wati, yaitu bentuk betina dari –wan. Arti ketiga sufiks ini adalah yang mempunyai.
Contoh: seniman cendekiawan seniwati
budiman karyawan wartawan
sukarelawan gerilyawan negarawan


3. Konfiks
a) Per – an
Fungsi per-an adalah untuk membentuk kata benda. Arti yang mungkin didukung oleh konfiks per-an adalah:
a. Menyatakan tempat.
Contoh: perhentian, pelabuhan, persembunyian, pengadilan, perapian, percetakan.
b. Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh: permainan, penyerahan, pertanyaan, pelantikan, pertahanan, perhitungan.
c. Menyatakan peristiwa itu sendiri atau hal perbuatan.
Contoh: pengajaran, pencaharian, pendidikan, peraturan.
b) Ke – an
Pada umumnya konfiks ke-an berfungsi untuk membentuk kata benda. Arti yang mungkin didukung oleh konfiks ke-an adalah:
a. Menyatakan tempat atau daerah.
Contoh: kedutaan, kesultanan, kementerian, keinderaan.
b. Menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang telah terjadi.
Contoh: kenyataan, kebersihan, ketuhanan, kewajiban, keindahan.
c. Kena atau menderita sesuatu hal.
Contoh: kehujanan, kepanasan, kesiangan, kekurangan.
d. Suatu perbuatan yang dilakukan tanpa sengaja.
Contoh: kelupaan, ketiduran, keguguran.
e. Menyatakan terlalu.
Contoh: kebesaran, ketinggian, kepahitan.
f. Mengandung sedikit sifat seperti yang disebut dalam kata dasar.
Contoh: kekanak-kanakan, kemerah-merahan, keputih-putihan.
4. Infiks
Infiks adalah semacam morfem terikat yang disispkan pada sebuah kata antara konsonan pertama dan vokal pertama. Jenis morfem ini sekarang tidak produktif lagi; pemakaiannya terbatas pada beberapa kata saja. Infiks yang ada dalam bahasa Indonesia hanyalah: -el, -er, dan –em. Fungsi infiks adalah membentuk kata-kata baru, dan biasanya tidak berbeda jenis kata dengan kata dasarnya. Infiks memiliki beberapa arti antara lain :
a. Banyak dan bermacam-macam.
Contoh: tali > temali, gigi > gerigi
b. Menyatakan intensitas dan frekuensi.
Contoh: getar > gemetar, guruh > gemuruh
c. Mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar; dapat pula berarti yang melakukan.
Contoh: gembung > gelembung, tunjuk > telunjuk, turun > temurun, gilang > gemilang
GABUNGAN IMBUHAN
Gabungan imbuhan adalah pemakaian beberapa imbuhan sekaligus pada suatu kata dasar, yang masing-masing mempertahankan arti dan fungsinya. Imbuhan-imbuhan yang biasa dipakai bersama-sama adalah: me-kan, mem-per-kan, di-per-kan, ter-kan, ber-kan, dan lain-lain.
1) me-kan, di-kan, mem-per-kan, di-per-kan
Fungsi dari pada gabungan itu dapat ditinjau dengan memperhatikan fungsi tiap-tiap bentuk. Karena semua bentuk itu berfungsi untuk membentuk kata kerja maka gabungan itu juga berfungsi membentuk kata kerja. Gabungan imbuhan ini memiliki arti antara lain :
a. Mengandung arti kausatif atau menyebabkan terjadinya suatu proses.
Contoh: memperbesarkan, meninggikan.
b. Menjadikan sebagai atau menganggap sebagai.
Contoh: memperhambakan, memperbudakkan.
c. Mengandung arti intensitas, mengeraskan arti yang disebut dalam kata dasar dan dapat berarti menyuruh.
Contoh: memperdengarkan, memperebutkan, mempertahankan.
2) mem-per-I, di-per-i
Gabungan imbuhan ini berfungsi untuk membentuk kata kerja. Gabungan imbuhan ini mempunyai arti sebagai berikut :
a. Mengandung arti kausatif yaitu menyebabkan terjadinya suatu proses yang terkandung dalam kata dasar. Kausatif ini sebenarnya dinyatakan oleh per-.
Contoh: memperbaiki, memperbaharui.
b. Menyatakan intensitas.
Contoh: mempelajari.

3) ber-kan
Gabungan imbuhan ini berfungsi untuk membentuk kata kerja. Gabungan Imbuhan ini memiliki arti diantara lain :
a. Penguat dan dapat berarti memakai sebagai.
Contoh: berdasarkan, bersenjatakan, beribukan, berbataskan.
b. Keringkasan dari akan.
Contoh: berharapkan, bermimpikan.
c. Ada pula yang dipakai hanya sekedar sebagai pemanis.
Contoh: bertaburkan, bersuntingkan.
4) ber-an
Gabungan imbuhan ini berfungsi untuk membentuk kata kerja. Gabungan imbuhan ini memiliki arti sebagai berikut :
a. Mengandung arti saling, terutama bila kata itu diulang.
Contoh: berkenalan, bersalaman, berkirim-kiriman.
b. Perbuatan terjadi berulang-ulang, atau tetap berlangsung atau pelakunya banyak.
Contoh: berhamburan, berkeliaran, becucuran, berebutan.




BAB III
KESIMPULAN

Morfologi adalah ilmu yang memplajari tentang bentuk kata. Morfologi memiliki bagian – bagian diantara alomorf dan morfem. Alomorf adalah variasi bentuk morfem yang disebabkan oloh pangaruh lingkungan, sedangkan morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata yang dapat dibedakan artinya .
Kata menggunakan bagian terkecil dari suatu kalimat yang tidak dapat di bagi lagi dan memiliki arah tersendiri. Kata dibagi menjadi 10 jenis yaitu kata benda, kata kerja, kta sifat, kata ganti, kata bilangan, kata keterangan, kta sambung, kata depan, kata sandang, dan kata seru. Masing – masing kata tersebut memiliki bentuk dan arti yang berbeda dalam pemakaiannya.
Imbuhan mempelajari tentang awalan, akhiran,dan sisipan pada kata sehingga menghasilkan kata baru dan arti yang baru. Imbuhan dapat dibagi memjadi 4 yaitu prefiks (awalan), sufiks (akhiran), konfliks (awalan + akhiran) dan infiks (sisipan).

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, geros. 1979. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah
www.wikipedia.co.id
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org
http://endonesa.wordpress.com
http://bcrec.undip.ac.id
www.tata bahasa.com
www.google.co.id